Menu

ANAKAPI Agen Penyedia Alat Pemadam Api Terlengkap

menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Alat Pemadam Api Berat (APAB)
 

Sensor Pemadam Kebakaran

Pada artikel ini kita akan membahas tentang Jenis-jenis Sensor Pemadam Kebakaran yang umum digunakan dalam sistem pemadam api atau fire system.

Peran sensor api (fire sensor) pada sistem pemadam kebakaran merupakan suatu integrasi sistem dalam mendeksi potensi terjadinya risiko kebakaran besar serta memberikan peringatan atau alert system ketika risiko kebakaran tersebut muncul.

Beberapa hal yang dianggap potensi terjadinya kebakaran diantaranya munculnya asap, terjadinya kenaikan suhu/panas, timbulnya percikan api, perubahan warna permukaan, dan adanya gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran.

Dari beberapa potensi kebakaran diatas maka jenis pengindera atau sensor yang biasa digunakan dalam Fire alarm system dikelompokan dalam:
  • Sensor asap (Smoke Detector)
  • Sensor panas (Heat Detector)
  • Sensor percikan api (Flame Detector)
  • Sensor gas (Gas Detector)
  • Sensor warna/citra (Images sensor)
Sensor api secara sistem kerja memiliki 2 jenis:
  • Stand alone Fire Detector: detektor api yang berdiri sendiri, yaitu bekerja mendeteksi potensi kebakaran dan memberikan peringatan baik alarm suara atau lamp. Biasanya catu daya atau power supply menggunakan batere.
  • Integrated Fire Detector: detektor api yang terhubung ke panel kontrol sistem pemadam api atau fire system. Begitu terdapat potensi kebakaran, sensor akan memberikan alert pada fire system, dan akan membuat sistem siaga atau menjalankan fungsi pemadaman kebakaran. Sistem integrasi ke fire system dapat menggunakan metode koneksi konvensional (wire connections) dan Addressable . Lebih lanjut akan kita bahas dalam artikel selanjutnya.

Sensor asap (Smoke Detector)

Sensor asap (Smoke Detector)

Sebuah smoke detector akan mendeteksi intensitas asap pada suatu ruangan. Smoke detector bekerja menggunakan beberapa metode deteksi diantaranya:
  • Optical Smoke Detector: Mendeteksi asap berdasarkan kerapatan cahaya. Penggunaan LED dan Photo Transistor cukup umum digunakan pada jenis ini
  • Ionization Smoke Detector: Mendeteksi asap berdasarkan proses ionisasi pada radioisotop (radioisotope). Asap akan terbawa di udara dan menyebabkan isotop terionisasi sehingga memicu alarm. Jenis isotop yang biasa digunakan adalah americium 421.
  • Carbon monoxide dan carbon dioxide Smoke Detector: Jenis sesor asap yang mendeteksi konsentrasi CO atau CO2 di udara. Sensor ini lebih fokus pada asap tidak kasat mata/ tidak terlihat yang dapat membahayakan manusia akibat kebakaran yang mungkin tidak terlihat namun berakibat sangat fatal pada kesehatan.
Sensor panas (Heat Detector)

Sensor panas (Heat Detector)

Sensor panas akan mendeteksi perubahan panas di suatu ruangan dengan perubahan bentuk atau konduktivitas benda pada sensor karena perubahan panas tersebut.


Sensor panas memiliki dua (2) klasifikasi sistem kerja:
  • Fixed temperature heat detectors: Bekerja berdasarkan perubahan bentuk komponen sensor dari padat menjadi cair. Pada jenis sensor ini digunakan heat sensitive eutectic alloy, yaitu campuran zat kimia yang akan berubah bentuk pada suhu tertentu atau eutectic point. heat sensitive eutectic alloy secara mudah dapat dicontohkan seperti timah atau Tin (Sb) yang akan mencair pada suhu penyolderan. Begitu pencairan ini terjadi maka sensor akan bekerja untuk menggerakan alarm.
  • Rate-of-Rise (RoR) heat detectors: bekerja berdasarkan efek perubahan bentuk yang cepat pada benda, biasanya logam. Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi panas yang cukup. Bimetal yang berubah bentuk dapat dijadikan saklar yang memberikan tegangan listrik ke alarm.
Sensor percikan api (Flame Detector)

Sensor percikan api (Flame Detector)

Flame detektor akan bekerja untuk mendeteksi bila terjadi percikan api di suatu area pantauannya. Biasanya bekerja berdasarkan perubahan warna atau cahaya (optical sensor) dan ionisasi di suatu area yang berpengaruh pada sensor.

Jenis Flame Detector yang bekerja dengan sistem optical sensor:
  • Ultraviolet (UV) Flame Detector: bekerja dengan panjang gelombang lebih pendek dari 300 nm. Detektor ini mendeteksi kebakaran dan ledakan dalam waktu 3-4 milidetik karena radiasi UV yang dipancarkan pada saat terjadi percikan api.
  • Near Infrared Array Flame Detectors: juga dikenal sebagai detektor api visual, menggunakan teknologi pengenalan api untuk mengkonfirmasi timbulnya api dengan menganalisis dekat radiasi IR melalui array pixel dari sebuah charge-coupled device (CCD).
  • Infrared (IR) Flame Detectors: detektor api yang bekerja dalam spektrum pita inframerah. Gas panas memancarkan pola spektrum tertentu di wilayah inframerah, yang dapat dirasakan dengan kamera thermal imaging khusus (TIC), jenis kamera ini dikenal juga sebagai kamera thermographic 
  • IR3 flame detectors: bekerja dengan membandingkan tiga band panjang gelombang tertentu dalam IR wilayah spektrum dan rasio mereka satu sama lain. 
Ionization current flame detection
Untuk Jenis flame detection yang menggunakan ionisasi dikenal sebagai Ionization current flame detection. Sistem ini bekerja dengan mengukur intensitas ionisasi dalam api. Jenis sesor ini biasanya digunakan dalam proses pemanas gas di industri besar yang terhubung ke sistem kontrol api dan bertindak baik sebagai monitor kualitas api dan perangkat fire system.
Sensor gas (Gas Detector)

Thermocouple flame detection
Termokopel digunakan secara ekstensif untuk memantau keberadaan api dalam sistem
pembakaran pemanas  dan kompor gas. Umumnya digunakan sebagai pencegahan bahaya untuk memotong pasokan bahan bakar bila nyala api tidak dapat dikendalikan. Hal ini untuk mencegah bahaya ledakan dan kebakaran atau bahaya sesak napas di ruang tertutup karena tipisnya oksigen.


Sensor Gas (Gas Detector)

Sensor Gas (Gas Detector)

Gas Detector akan untuk mendeteksi kehadiran sebuah gas dalam area tertentu yang berpotensi menimbulkan kebakaran atau pun menyebabkan gangguan keselamatan bagi manusia.


Karbon monoksida (CO) adalah gas yang sangat berbahaya dan mengikat oksigen di paru-paru, menewaskan ratusan orang di seluruh dunia setiap tahunnya. CO tidak berbau, tidak berwarna, sehingga mustahil bagi manusia untuk mendeteksi itu. Detektor karbon monoksida dapat dibeli dengan harga sekitar US $ 20-60 atau sekitar Rp 200.000 hingga Rp 600.000 tergantung merek. 

Selain CO dan CO2, jenis sensor gas lain yang biasa digunakan adalah sensor  gas propane/propana, gas butane/butana dan gas lain yang mudah memicu ledakan api. 


Sensor warna/citra (Images sensor)

Sersor warna/citra menganalisa spektrum warna yang dihasilkan dari suatu objek yang berpotensi menghasilkan ledakan kebakara. Sensor warna sebagian besar bekerja dalam rentang spektrum warna Ultraviolet, cahaya terlihat, Infrared, Infrared pita lebar dan CO2.

Berikut rentang spektrum yang umum dideteksi:

Posting Komentar

 
Top